Laman

Thursday, July 21, 2011

Usai 'Jelangkung', Tak Ada Film Horor Berkualitas

Usai 'Jelangkung', Tak Ada Film Horor Berkualitas


Usai 'Jelangkung', Tak Ada Film Horor Berkualitas

Posted: 21 Jul 2011 12:18 AM PDT

BANDUNG - Film horor terakhir produksi anak negeri yang berkualitas cuma Jelangkung. Setelah era Jelangkung, terjadi pergeseran genre horor menjadi cenderung vulgar.

"Film horor berkualitas buatan Indonesia kandas di era film Jelangkung. Jelangkung menurut saya bagus. Sesudah Jelangkung belum ada lagi (yang bagus)," ujar Ketua Forum Film Bandung (FFB) Eddy D Iskandar, kepada okezone, Kamis (21/7/2011).

Kata Eddy, produser masa kini seolah berlomba-lomba memproduksi film horor yang memajang aktris cantik dan seksi, dengan bumbu adegan intim. Berbeda dengan film horor terdahulu di mana memadukan unsur horor dengan mitos dan budaya masyarakat.

"Saat ini, yang membuat penasaran penonton salah satunya kan seks. Beda dengan dahulu. Ada film hantu yang berkualitas. Misalnya, Ratu Ular yang dimainkan Suzanna. Itu kan memadukan horor dan kultur masyarakat," tuturnya.

Bicara film horor berbumbu seks tak lepas dari kehadiran aktris film porno asing yang sengaja dipasang sebagai pemeran utama. Mendatangkan artis porno menjadi strategi baru bagi pembuat film horor esek-esek. Tujuannya tidak lain dan tak bukan adalah untuk menyedot penonton.

"Produser kan ingin untung," celetuknya.

Seperti diketahui, artis porno seperti Maria Ozawa, Sasha Grey, dan Sora Aoi pernah didatangkan untuk berperan di sejumlah film horor. Produser yang getol mendatangkan artis porno yakni KK Dheraaj (K2K Production) dan Ody Mulya Hidayat (Maxima Pictures).

"Fenomena mendatangkan bintang film porno dunia merupakan upaya untuk menyedot perhatian penonton," imbuh Eddy.(ang)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.

Harry Potter & Transformers Antre Disensor LSF

Posted: 20 Jul 2011 11:42 PM PDT

JAKARTA - Rencana penayangan film Harry Potter and The Deathly Hallows: Part II dan Transformers: Dark of The Moon di Indonesia segera terwujud. Dua film yang sudah dinanti itu sudah didaftarkan ke Lembaga Sensor Film (LSF).

Penelusuran okezone, Kamis (21/7/2011), Harry Potter dan Transformers sudah tercantum lengkap dengan nomor registrasi pendaftaran di situs resmi LSF.  Kedua film itu sudah didaftarkan sejak Rabu, 20 Juli, oleh PT Omega Film yang saat ini memiliki lisensi terhadap film box office Hollywood.

Harry Potter and The Deathly Hallows: Part 2 terdaftar dengan nomor registrasi 82.B/OMGF/35MM/101-130/LSF-VII/2011. Sedangkan Transformers: Dark of The Moon terdaftar dengan nomor registrasi 199.B/OMGF/35MM/2-18/LSF-VII/2011.

Lantaran baru saja didaftarkan, kedua film itu masih harus melalui penyensoran oleh LSF. Dalam situs LSF juga dipaparkan kedua film tersebut masih dalam proses.

Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Johny Syafrudin, saat dihubungi okezone, Selasa, 19 Juli, proses jadwalnya sudah masuk dua hari yang lalu. "Kita order ke Thailand untuk print negatifnya. Kemudian, masuk ke kita, lalu kita bawa ke LSF (Lembaga Sensor Film). Baru kita kasih text dan diperkirakan akhir bulan ini tayang," urai Johny.

Jadi, kepada para penggemar Harry Potter harap bersabar menunggu. Semoga saja, pekan depan Harry Potter terakhir ini betul ditayangkan di Tanah Air.
(rik)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.

Park Yoochun & Lee Dahae Absen di Pesta Syuting 'Miss Ripley'

Posted: 20 Jul 2011 11:03 PM PDT

SEOUL - Ketidakhadiran Park YooChun dan Lee Dahae dalam perayaan berakhirnya syuting drama Miss Ripley, yang dibintangi keduanya, seolah membenarkan gosip yang beredar.

Gosip itu semakin memanas tatkala awal bulan lalu, sehari sebelum syuting dilakukan, secara mengejutkan pihak KBS membatalkan kontrak Park YooChun. Personel JYJ itu tidak diizinkan terlibat drama baru MBC Ripley serta penampilan di TV program KBS Come to Play.

Selain itu, Park YooChun juga ditolak untuk tampil di program KBS Seung Seung Jang Gu. Namun absennya Park YooChun dalam pesta itu buru-buru dibantah juru bicara Park YooChun. Park dikatakan sedang menjalani syuting iklan.

"Kebetulan pada saat bersamaan Park YooChun harus syuting iklan. Dan Park YooChun tidak bisa mengelak dari tuntutan itu," ucapnya seperti yang dilansir Koreaboo, Kamis (21/07/2011).

Park YooChun sendiri diakui juru bicaranya, sangat ingin hadir dalam pesta perpisahan itu, tapi hal itu tidak dapat dilakukannya.

"Setelah dilihat jadwalnya, Park YooChun hanya bisa syuting pada hari itu saja," bebernya.

Tidak berbeda dengan Park YooChun, ketidakhadiran Lee Daehae dalam pesta itu karena sedang ada pekerjaan di China. "Kami tidak mungkin membatalkan jadwal ke Cina yang sudah dijadwalkan sejak jauh-jauh hari," tandas perwakilan Lee Daehae. (efi)
(ang)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.

No comments:

Post a Comment