Laman

Tuesday, February 22, 2011

Film Asing Kena Pajak Sampai 25 Persen dari Harga

Film Asing Kena Pajak Sampai 25 Persen dari Harga


Film Asing Kena Pajak Sampai 25 Persen dari Harga

Posted: 22 Feb 2011 01:11 AM PST

JAKARTA - Masyarakat bisa menonton film asing dengan tiket rata-rata seharga Rp25 ribu. Padahal, para importir film dikenakan pajak sampai 25 persen dari nilai film asing yang masuk ke Indonesia.

Dari perbincangan Okezone dengan eks kuasa hukum Motion Pictures Associations (MPA), Donny A Sheyoputra, bahwa ada dua komponen yang membuat pajak yang dibebankan ke MPA menjadi sangat tinggi.

"Kebijakan pemerintah itu kan bahwa film masuk itu, ada dua komponen. Pertama, pajak pertambahan nilai. Karena itu juga barang impor. Kedua, pembayaran royalti, karena ini kan industri kreatif," paparnya melalui sambungan telepon, Selasa (22/2/2011).

Lebih lanjut Donny mengatakan, MPA tidak pernah bertemu dengan kebijakan seperti ini di negara manapun di seluruh dunia.

"Saya tidak punya datanya secara khusus. Tapi perkembangan yang saya lihat, pajak yang dikenakan itu bisa mencapai 25 persen dari harga film itu sendiri," jelasnya.

Dengan demikian, tidak heran jika biaya masuk yang mahal, berdampak kepada penjualan harga tiket bioskop. Jika pemerintah tetap memberlakukan bea masuk yang dinilai MPA cukup tinggi, maka dampaknya pengusaha bioskop akan menaikkan harga tiket yang pada akhir pekan bisa dijual dengan harga Rp50 ribu.

"Makanya, kalau biaya masuknya ke sini mahal, mau dijual berapa harga tiket nonton," tukas Donny.

Menanggapi keterangan yang disampaikan Direktorat Jenderal Bea Cukai kemarin, dia mengatakan itu merupakan respons atas isu yang berkembang di masyarakat.

"Saya yakin pemerintah dan MPA akan menggodok lagi masalah apakah dengan angka royalti itu bisa diterima," ujarnya.

Sebagai catatan, bea masuk untuk hak distribusi dinilai oleh MPA tidak lazim dan belum pernah ada dalam praktik bisnis film di seluruh dunia.

Untuk itu, setiap kopi film impor yang masuk dikenakan bea masuk. Selama ini, pihak importir sudah membayar bea masuk ditambah Pajak Penghasilan (PPh), dan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) sebesar 23,75 persen dari nilai barang.

Ada lagi Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 15 persen yang dikenakan dari hasil eksploitasi setiap film asing yang diedarkan di Indonesia. Selain itu, setiap pemerintah daerah/kota juga menerima pajak tontonan dalam kisaran 10 sampai dengan 15 persen untuk setiap judul film impor dan juga nasional.(nov)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Collateral Damage - WikiLeaks In The Crosshairs.

Umrah, Rini S Bonbon Minta Jodoh

Posted: 22 Feb 2011 12:40 AM PST

TANGERANG - Niat Rini S Bonbon menjalani ibadah umrah ke Makkah tak terbendung lagi. Komedian bertubuh tambun ini ingin mendoakan ibunya yang sedang sakit, sekaligus meminta jodoh.

"Alhamdulillah, hari ini saya mau berangkat umrah bareng Jeng Ana dan rombongan lainnya, sekira 10 orang yang berangkat. Sebenarnya umrah ini tertunda. Dulu mau bareng sama ayah dan ibu, tapi enggak bisa," ujar Rini sebelum berangkat umrah, ditemui di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Selasa (22/2/2011).

Meski berat, persetujuan sang ibu membuat Rini memantapkan hati melangkah menuju Tanah Suci. Apalagi, niatnya menjalani ibadah umrah sudah direncanakan sebelum ibunda sakit.

"Waktu itu seperti maju-mundur, tapi orangtua Rini bilang, minta doanya saja buat kesembuhan ibu. Semalam Rini juga minta izin ke ibu dengan kondisi yang cuma bisa manggut doang. Sampai Rini ciumi kaki ibu minta ridanya," akunya.

Selain ingin mendoakan ibu, artis yang kakinya hampir diamputasi karena diabetes itu juga memiliki doa khusus agar diberi pasangan hidup. Hingga saat ini, Rini memang belum menikah.

"Saya mau doa agar semua urusan dunia dan akhirat dimudahkan. Terus diberi kesehatan. Rini ingin Allah mempertemukan jodoh Rini di tempat yang baik. Karena di keluarga yang belum menikah cuma Rini," harapnya.(ang)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Collateral Damage - WikiLeaks In The Crosshairs.

Penjaga Makam Adjie Massaid Rela Tak Dibayar

Posted: 22 Feb 2011 12:11 AM PST

JAKARTA - Makam Adjie Massaid di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, terbilang cukup bersih dan terawat. Siapa orang yang setia menjaga dan merawat makam suami Angelina Sondakh itu?

Okezone menemui penjaga makam Adjie bernama Dasir di TPU Jeruk Purut, Jakarta, Senin (21/2/2011). Sepintas, penampilan Dasir tak seperti perawat makam lain yang lusuh penuh noda tanah. Bajunya bersih tertutup jaket jins berwarna abu-abu.

Awalnya, Dasir tak bersedia diwawancara okezone. Setelah dibujuk, akhirnya Dasir berkompromi dengan syarat menolak diambil gambarnya.

"Ya sudah, tapi enggak usah pakai difoto di dekat makam segala ya, bang," pinta Dasir halus.

Pria berkumis tebal itu beranjak, kemudian duduk di depan kios penjualan pulsa tak jauh dari makam Adjie. Pria Betawi asli itu bertutur awal mula dirinya dipercaya merawat makam Adjie dan keluarganya.

"Sebelumnya, keluarga dari ibunya Adjie Massaid memang dimakamkan di sini. Waktu ayahnya mas Adjie meninggal tahun lalu, saya diminta keluarga Adjie untuk menjaga makam keluarga mereka. Termasuk dari ibu Angie juga meminta agar menjaga dan merawat makamnya mas Adjie," paparnya.

Tugas yang diemban Dasir sederhana saja. Menyiram makam dan menyiangi rumput yang tumbuh di sekitar nisan sehingga terlihat rapi dan enak dipandang. Pekerjaan itu rutin dia lakukan, kecuali memotong rumput yang dikerjakan seminggu dua kali.

Dari kerjanya sebagai perawat makam keluarga Adjie, Dasir menerima upah Rp400 ribu setiap bulan. Namun, Dasir belum tahu apakah bayaran itu termasuk mengurus makam penghuni baru, Adjie Massaid.

Lelaki yang sudah 15 tahun berprofesi sebagai perawat makam itu sungkan menanyakannya langsung kepada istri almarhum, Angelina Sondakh.

"Karena saya juga tidak berani ngomongnya. Saya belum kepikiran untuk minta. Saya mengerti mbak Angie masih sedih ditinggal mas Adjie. Jadi nanti saja kalau sudah sebulan atau dua bulan, biar mbak Angie sedikit tenang," ujarnya.

Menurut Dasir, upahnya dari keluarga Adjie sebenarnya di atas rata-rata jika dibandingkan dengan upah penjaga makam lain.

Dengan upah sebesar itu pula, Dasir bisa menghidupi istri dan kedua anaknya. Pria berusia 38 tahun itu mulai merintis usaha warung internet miliknya di komplek TPU Jeruk Purut.

Di ujung perbincangan, Dasir teringat kunjungan Adjie terakhir kali ke makam ayahnya, dua hari sebelum Adjie meninggal pada 5 Februari 2011. Meski tak banyak percakapan di antara mereka saat kunjungan terakhir Adjie, Dasir masih ingat betul sosoknya.

"Mas Adjie orang baik, makanya (makamnya) harus dijaga dengan baik," pungkasnya.(ang)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Collateral Damage - WikiLeaks In The Crosshairs.

No comments:

Post a Comment